Kamis, 04 Mei 2017

TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT)

A.  Teori Perkembangan Manusia

Perkembangan  dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis (saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme dan merupakan satu kesatuan yang utuh), progresif (bersifat maju, meningkat dan mendalam, baik secara kuantitatif maupun kualitatif) dan berkesinambungan (secara beraturan, berurutan, bukan secara kebetulan) menyangkut fisik maupun psikis.
Berikut ini beberapa teori atau pendekatan tentang perkembangan manusia:
1.    Pendekatan perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif berasumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan hal terpenting yang dapat memengaruhi tingkah laku individu. Dalam pendekatan ini ada 3 buah model, yaitu :
a. Model kognitif piaget
b. Model pemrosesan informasi
c. Model kognisi sosial
2.    Pendekatan belajar atau lingkungan
Pendekatan ini berasumsi bahwa tingkah laku individu diperoleh melalui pengkondisian dan prinsip-prinsip dasar.  
3.    Pendekatan etologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan oleh Charles Darwin, dengan merujuk kepada asal usul biologis tentang tingkah laku sosial.

4.    Pendekatan Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa individu dilahirkan dalam kondisi membawa fitrah yang sehat dan seimbang, yang selanjutnya kedua orang tua dan lingkungan yang memberikan pendidikan.
Sementara itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa, terdapat 4 Teori Perkembangan Manusia, diantaranya;
1.    Teori Empirisme
Teori ini digagas oleh Jhon Locke. Teori Empirisme menganggap perkembangan individu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan manusia sejak lahir hingga dewasa. Berdasarkan teori ini, pendidikan dan pergaulan merupakan sebuah pengalaman. Lebih jelasnya, menurut teori empirisme, pada dasarnya manusia merupakan kertas putih, manusia tersebut akan menjadi apa, tergantung pada apa yang dituliskan di kertas itu nantinya.
Teori ini menimbulkan pandangan yang optimis dalam dunia pendidikan, dimana pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi individu. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke, juga sering disebut dengan teori tabula rasa, yang memandang keturunan atau pembawaannya tidak mempunyai peranan.
Selanjutnya aliran ini mempunyai pengaruh yang sangat besar di Amerika Serikat, dimana banyak para ahli yang walaupun tidak secara eksplisit menolak peranan dasar itu, namun karena dasar itu sukar untuk ditentukan, maka praktis yang dibicarakan hanyalah lingkungan, dan sebagai konsekuensinya juga hanya lingkunganlah yang masuk percaturan. Paham Environmentalisme yang banyak pengikutnya di Amerika Serikat itu pada hakekatnya adalah kelanjutan dari aliran Empirisme ini.

2.    Teori Nativisme
Pelopor teori ini yaitu Athur Schopenhauer. Menurut teori ini, perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia membawa sifat-sifat tertentu yang mempengaruhi dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Faktor pendidikan dan lingkungan dianggap tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Teori ini juga memunculkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah, sehingga individu akan sangat tergantung kepada sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Apabila orang tuanya baik, seseorang akan menjadi baik, sebaliknya apabila orang tuanya jahat, seseorang akan menjadi jahat. Sifat baik atau jahat itu tidak dapat diubah. Teori ini menimbulkan konsekuensi pandangan bahwa manusia apabila dilahirkan baik akan tetap baik, sebaliknya apabila manusia dilahirkan jahat akan tetap jahat, yang tidak dapat diubah oleh pendidikan dan lingkungan.
Teori ini menimbulkan pandangan pesimistis dalam bidang pendidikan, yang memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya menghadapi perkembangan manusia. Hal demikian bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi, karena sejak zaman dahulu hingga sekarang orang berusaha mendidik generasi muda, karena pendidikan adalah hal yang dapat, perlu, bahkan harus dilakukan. Lebih jauh lagi, teori ini juga dapat menimbulkan pendapat bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik, langkah yang diambil ialah mengadakan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang tidak baik, tidak dapat diberikan kesempatan untuk berkembang, karena ini akan memberikan keturunan yang tidak baik pula. Jadi teori nativisme ini tidak dapat diterima oleh ahli-ahli lain karena tidak dapat dipertahankan ataupun dipertanggungjawabkan.


3.    Teori Naturalisme
Pelopor teori ini adalah J.J Rosseau. Ia berpendapat  bahwa “Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia.” Aliran ini disebut juga aliran negativisme, karena pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik dengan sendirinya atau diserahkan kembali ke lingkungannya. Dengan kata lain, anak tidak memerlukan pendidikan tetapi yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didiknya adalah menyerahkannya ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak melalui proses kegiatan pendidikan itu sendiri. Teori ini menimbulkan anggapan bahwa alam yang memegang peranan penting dalam memberikan pendidikan kepada anak, sehingga anak bukanlah hasil bentukan dari pendidikan yang diperolehnya di sekolah formal melainkan dari alam. Peran pendidik menjadi tidak lagi begitu penting karena menurut teori ini, sudah selayaknya anak dikembalikan ke alam dan belajar dari sana.
4.    Teori Konvergensi
Yang mempelopori teori ini adalah William Stern. Teori Konvergensi merupakan gabungan antara teori Nativisme dengan teori Empirisme. Teori ini menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam perkembangan manusia. Menurut aliran konvergensi, antara lingkungan dan bakat pada individu yang terbawa sejak lahir saling memengaruhi. Teori ini mengatakan bahwa bakat telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kaki. Akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi aktual (menjadi kenyataan) jika anak manusia itu sekiranya tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh oleh serigala tak akan dapat berdiri tegak diatas kedua kakinya, tapi mungkin ia akan dapat berjalan di atas tangan dan kakinya (seperti serigala). Disamping bakat, perlu pula dipertimbangkan soal kematangan (readiness). Bakat yang sudah ada dan mendapatkan pengaruh lingkungan yang serasi belum tentu dapat berkembang, jika bakat tersebut belum matang. Misalnya anak yang normal umur 6 bulan, walaupun hidup di tengah manusia-manusia lain, tak akan dapat berjalan karena belum matang.
Al-Qur’an sebagai acuan dasar pendidikan Islam  telah memberikan konsep terhadap pemikiran yang terdapat aliran nativisme, empirisme dan konvergensi. Dalam hal ini, al-Qur’an menegaskan bahwa pembawaan seorang anak sejak lahir disebut fitrah, dan fitrah ini adalah dasar keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang. Fitrah menurut al-Qur’an di samping dapat menerima pengaruh dari dalam (keturunan) juga dapat menerima pengaruh dari luar (lingkungan). Untuk mengembangkan fitrah ini, maka pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting peranannya. Sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor utama yang menentukan perkembangan individu, akan tetapi juga harus didorong dengan faktor lingkungan.

B.  Teori Perkembangan Manusia Menurut Erikson
Dalam mengungkapkan teorinya, Erikson lebih menyoroti tentang perkembangan emosional manusia, namun pada dasarnya tetap memenuhi kriteria yang sama, yaitu:
1.    Melukiskan perilaku secara kualitatif berbeda
2.    Mengacu kepada persoalan umum
3.    Berlangsung dalam urutan yang tidak berubah
4.    Secara kultural bersifat universal.
Secara teoriti adapun 8 tahap kehidupan manusia yaitu;
1.      Oral
Pada tahap awal ini, zona utamanya yaitu mulut, akan tetapi dia memiliki mode aktivitas yang disebut inkorporasi, memasukkan sesuatu ke dalam dirinya secara pasif namun sangat mendambakan sesuatu
2.      Anal.
Mode dasar pada tahap ini yaitu retensi dan eliminasi, menahan atau melepaskan, ia juga menjelaskan bahwa mode ini meluas tidak sekedar pada zona anal misalnya seorang anak dengan orang dewasa, kadang ia suka menahannya, mengendus-endusnya, namun kadang pada saat yang lain ia juga mendorong orang dewasa agar menjauhi dirinya
3.      Falik (Odipal).
Mode utama pada tahap ini disebut sebagai intrusi berarti penggerakan ke depan. Lewat inisiatif, anak membuat rencana, menetapkan tujuan dan mempunyai semangat untuk mencapainya
4.      Latensi.
Erikson menunjukkan bahwa tahap ini justru paling menentukan bagi pertumbuhan ego. Di sini anak belajar menguasai kemampuan kognitif dan sosial yang penting. Sedangkan krisis pada tahap ini yaitu indusiri vs inferioritas. Anak melupakan harapan dan keinginan masa lalu yang seringkali merupakan harapan dan keinginan keluarganya, dan sangat ingin mempelajari kamampuan dan kegunaan peralatan budayanya yang lebih luas
5.    Pubertas (Genital).
Pada tahap ini Erikson setuju kalau peningkatan pesat di dalam energi pendorong ini sangat mengganggu remaja, akan tetapi dia juga melihat bahwa persoalan hanya sebagian dari yang sesungguhnya. Masa remaja juga terganggu dan kacau dikarenakan konflik dan tuntutan sosial yang baru. Menurut Erikson, tugas utama remaja yaitu membangun pemahaman baru tentang identitas ego – sebuah perasaan tentang siapa dirinya dan apa tempatnya dalam tatanan sosial yang lebih besar. Krisis ini merupakan satu dari krisis identitas vs kebingungan peran
6.    Dewasa Muda.
Pada tahap ini berisi langkah-langkah manusia memperlebar dan memperdalam kapasitas mencintai dan memerhatikan orang lain. Inti dari tahap ini yaitu mencapai keintiman.
7.    Dewasa.
Pada tahap ini, Erikson memberikan ilustrasi dua muda-mudi yang sanggup membangun keintiman yang benar, ketertarikan mereka mulai berkembang melampaui fokus pada diri sendiri. Mereka menjadi peduli dengan membesarkan generasi selanjutnya. Menurut Erikson, mereka memasuki tahapan semangat berbagi vs penyerapan-diri dan stagnasi. Semangat berbagi merupakan istilah yang sangat luas, mengacu bukan hanya memproduksi anak, melainkan juga memproduksi hal-hal dan ide-ide lewat kerja. Akan tetapi Erikson lebih menyoroti yang pertama yaitu membesarkan anak
8.    Usia Senja.
Erikson menyadari bahwa banyak penyesuaian fisik maupun sosial yang harus dilakukan oleh para lansia. Para lansia tidak seaktif masa dahulunya. Akan tetapi penekanan mestinya bukan diberikan pada penyesuaian eksternal, melainkan pergulatan bathin pada tahap ini – sebuah pergulatan yang berpotensi untuk tumbuh bahkan mencapai kebijaksanaan. Erikson menyebut pergulatan ini sebagai integritas ego vs keputusasaan.
Telah dijelaskan pula Pencipta dan kejadian manusia dalam Surat Al- Mu’min ayat 67 yaitu, Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah. Kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).

C.  Teori Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Jean Piaget terkenal dengan teori perkembangan intelektual yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis. Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan.
Menurut Piaget, faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif, yaitu :
1.    Fisik
2.    Kematangan
3.    Pengaruh sosial
4.    Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Berikut ini 4 tahap perkembangan kognitif yang digagas oleh Piaget:
1.    Sensorimotor Stage (Birth to Age 2)
Sensorimotor stage dimulai sejak umur 0-2 tahun. Pertumbuhan kemampuan anak akan terlihat dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
a.    Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
b.    Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
c.    Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
d.   Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
e.    Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
2.    Preoperational Stage (Ages 2 to 7) 
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.

a.       Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
1)   Self counter nya sangat menonjol.
2)   Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3)   Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
4)   Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
b.      Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
1)   Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
2)   Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3)   Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)   Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.


3.    Concrete Operational Stage (Ages 7 to 11)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.  Anak telah memiliki keterampilan untuk berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat nyata. Operation adalah sejenis tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.
4.    Formal Operational Stage (Age 11 to Adulthood)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan  menggunakan pola berpikir "kemungkinan".  Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.  Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a.    Bekerja secara efektif dan sistematis.
b.    Menganalisis secara kombinasi.  Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak  dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
c.    Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
d.   Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.  Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun.  Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operation.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal.  Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.  Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.  Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
Implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1.    Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.    Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget, penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3.    Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.    Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

D.  Teori Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak akan berkembang melalui kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Sehingga menurutnya perkembangan anak tidak berkembang tanpa adanya situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa perkembangan anak yang dilakukan melalui interaksi sosial dan budaya dapat membantu anak dalam berfikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah seperti seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran dengan menggunakan temuan-temuan masyarakat.
Teori vygotsky berfokus pada tiga faktor  yaitu budaya, bahasa dan zona pengembangan proximal.
1.    Budaya
Gagasan Vygotsky bahwa budaya dan lingkungan sosial anak-anak merupakan hal utama dalam membangun pengetahuan. Anak–anak belajar  melalui melalui interaksi dengan yang lain dan juga melalui elemen budaya/kebiasaan yang mereka miliki, seperti lagu-lagu, bahasa, seni dan permainan. Misalnya, seorang anak yang tumbuh di sebagian besar negara beragama katolik bisa mengalaminya memelalui bahasa dan masyarakat tentang pandangan kuat terkait anti-aborsi. Ini akan mengakibatkan pembelajaran, pengetahuan, dan sudutpandang anak pada isu tersebut.
Sebagai kesimpulan, Vygotsky menyatakan bahwa budaya pertama kali berefek pada pembelajaran, selama anak belajar melalui interaksi dan kerjasama dengan lainnya dan lingkungan, dan kedua, anak berkembang melalui perwakilan simbolik dari budaya anak. Sebagai contoh : seni, bahasa, permainan, lagu-lagu dan sebagainya. Perkembangan anak merefleksikan dan mendalami budaya yang mereka miliki. Oleh karena itu, budaya memberikan kerangka kerja di mana anak menciptakan arti.

2.    Bahasa
Vigotsky melihat bawa bahasa sebagai kepentingan utama dalam proses belajar. Dia beranggapan bahwa ada hubungan nyata/jelas antara perkembangan bahasa dan kognitive. Vygotsky menyatakan bahwa kita mengartikan dan mewakili dunia kita melalui bahasa, bahasa adalah sistem simbolis yang mana kita berkomunikasi dan bahwa bahasa adalah alat budaya.
3.    Zona Jarak Perkembangan
Sebuah faktor kunci dari Vygotsky adalah zona jarak perkembangan atau ZPD. Ide tersebut telah ada pada setiap saat seoang anak sedang berfungsi pada sebuah tingkat tertentu dari perkembangan. Bagaimana pun Vygotsky berfikir bahwa masing-masing anak sanggup berkembang lebih jauh jika didukung dan diarahkan oleh pengalaman sebelumnya.
Zona jarak perkembangan atau ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan sebenarnya dan tingkat potensial dari anak. Itu berbeda antara tingkat sebenarnya yang termasuk proses yang sudah berkembang, dan ZPD  yang termasuk proses atau fungsi-fungsi yang masih belum matang/dewasa.
Vygotsky telah merancang sebuah model, yang menggambarkan perkembangan pembentukan konsep anak-anak. 

Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran sebagai berikut:
Teori Vygotsky, seperti Piaget, memiliki implikasi terhadap pendidikan. Teorinya mengarah pada ide-ide tentang cara dimana pendidikan harus terstruktur.
1.    Budaya
Vygotsky berpendapat terhadap pentingnya budaya. Hal ini memiliki implikasi untuk pendidikan dalam hal itu telah berpendapat bahwa tes dari pencapaian perlu memperhitungkan konteks sosial anak dan bukan hanya skor mereka.Vygotsky berpendapat bahwa lingkungan sangat penting dalam perkembangan kognitif, dan karena itu membandingkan semua anak menggunakan tes yang sama tanpa memperhatikan lingkungan dapat menghasilkan hasil yang akan memberikan gambaran yang tidak akurat dari kemampuan anak. Apa yang sebenarnya yang diukur adalah lingkungan pendidikan mereka dan bukan kemampuan mereka.
2.    Bahasa
Bahasa dipandang penting oleh Vygotsky, itu disarankan bahwa pendidikan harus menawarkan banyak kesempatan untuk penggunaan dan pengembangan bahasa. Anak-anak perlu didorong untuk mendengarkan dan mendiskusikan ide-ide dengan teman sebaya dan guru lainnya. Dengan diskusi dan penggunaan bahasa, anak-anak dapat didorong untuk bergerak dari ide merekasaat ini ke ide-ide yang lebih maju. Melalui diskusi anak dapat mengajukan pertanyaan dan memberikan pemahaman penuh dari ide-ide yang baru. Sebagainya Vygotsky menyatakan bahwa ada hubungan yang jelas antara bahasa, dan berpikir, ia akan berpendapat bahwa diskusi tentang ide-ide/gagasan mengarah ke pemahaman yang lebih besar.

3.    ZPD
Mungkin implikasi paling penting dari pekerjaan Vygotsky adalah peran itu disarankan bagi guru. Pembelajaran harus didasarkan pada tingkat perkembangan dan perkembangan potensial anak. Guru harus sadar bahwa anak belajar melalui eksplorasi sendiri. Guru perlu menyadari tingkat kompetensi individu anak saat penataan pembelajaran. Anak harus diberikan tugas yang mereka mendorong untuk mencapai tingkat potensi perkembangan mereka. Jika tugas yang terlalu mudah mereka tidak akan mendorong pemikiran baru atau perkembangan. Jika mereka berada di luar ZPD anak, anak akan gagal dan ini dapat berdampak negatif pada pembelajaran di masa mendatang.

E.  Perbedaan Teori Perkembangan Piaget dan Vygotsky
Berkaitan dengan perkembangan kognitif, dua ahli terkenal di bidang ini, yaitu Piaget dan Vygotsky mempunyai perbedaan pendapat. Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Vygotsky, berkaitan dengan perkembangan kognitif.

Pembeda
Teori Piaget
Teori Vygotsky
Signifikansi Perkembangan
Merupakan ketidakmampuan untuk mengambil perspektif orang lain dan terlibat dalam komunikasi timbal balik.
Merupakan pemikiran eksternal, fungsinya adalah untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan  untuk bimbingan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri.

Proses Perkembangan
Berkurang dengan bertambahnya usia.
Bertambah pada usia yang lebih muda dan kemudian secara bertahap lenyap secara audial sehingga menjadi pemikiran verbal internal.
Hubungan dengan Bicara Sosial
Negatif; anak yang kurang bersosialisasi dan matang secara kognitif  menggunakan lebih banyak bicara egosentris.
Positif, bicara sendiri mengembangkan kemampuan sosial anak dengan orang lain.


Sumber : http://psikopend.blogspot.co.id/2016/01/teori-perkembangan-manusia-human.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBIAYAAN USAHA BARU

Untuk melakukan usaha dalam pengembangannyan tentu kita memerlukan suatu pembiayaan yang begitu banyak sehingga harus melakukan suatu usaha...