Minggu, 30 Juni 2019

ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA JATUH PADA PENAMPUNGAN LIMBAH DI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA JATUH PADA PENAMPUNGAN LIMBAH DI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR





                                       Nama Anggota/NPM ⠆Rizman Triantoro / 36416625
                                       Kelas                          ⠆3ID11
                                       Dosen                         ⠆Bpk. Adi Pramudyo  
                                       Mata Kuliah               ⠆Pengetahuan Lingkungan


Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Kaka Raka Nurohman (24) meninggal pada Sabtu (21/7/2018) pagi. Pria malang itu meninggal setelah mengalami kecelakaan kerja di perusahaan otomotif  di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Karyawan Perusahaan Otomotif Tewas Tenggelam di Kolam Penampungan Limbah
Ia ditemukan tewas tercebur ke dalam kolam penampungan limbah tempatnya bekerja. Kaka masih sempat bekerja mengecek kolam penampungan limbah secara rutin. "Saat jam istirahat pukul 23.55 WIB korban tidak kelihatan. Lalu saksi menghubungi nomor handphone korban dan tidak diangkat,” ungkap Kapolsek Tanjung Priok, Kompol Supriyanto, berdasarkan keterangan saksi, Dede (40). Dede yang curiga langsung mendatangi kolam dan mengecek keberadaan Kaka. Dede mendapati tempat penampungan air bersih yang ada di sana pecah terbelah. Ia juga melihat sepatu korban tergeletak tak jauh dari kolam. “Saksi melihat toren berkapasitas 11 ribu liter yang berada di samping kolam penampungan, dalam keadaan pecah terbelah. Saksi juga melihat sepatu milik korban yang mengambang dan kemudian melaporkan penemuan itu ke sekuriti,” kata Supriyanto. 
Selanjutnya, saksi melapor kepada pihak keamanan perusahaan untuk diteruskan ke Polsek Tanjung Priok. Dibantu petugas pemadam kebakaran, anggota Polsek Tanjung Priok mencari Kaka di dalam kolam dan medapatinya sudah tak bernyawa.
“Secara bersama-sama anggota mencari korban dengan alat pengait besi yang dibantu petugas damkar untuk mengurangi debit air limbah. Korban akhirnya berhasil ditemukan namun dalam keadaan meninggal dunia,” terang Supriyanto.Polisi menduga Kaka terpeleset saat mengecek kolam sampai masuk ke dalam kolam penampungan limbah itu. "Korban diduga terpeleset dan masuk ke dalam kolam penampungan limbah,” jelas Kapolsek. Setelah diangkat dari kolam, jenazah Kaka dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk divisum.

ANALISA

    Terdapat dua faktor penting penyebab terjadi nya kecelakaan kerja tersebut, yaitu karena human error atau pengamanan yang belum sesuai standar. Faktor pertama menjelaskan tentang faktor human error, yaitu faktor yang terjadi akibat kelalaian atau kecerobohan manusia saat melakukan pekerjaan. kelelahan juga bisa menjadi akibat terjadinya faktor tersebut. saat kondisi terjadinya kecelekaan, karyawan menjalankan tugasnya yang sedang mengecek kolam pembuangan limbah, namun naas korban terpleset lalu jatuh tercebur kedalam kolam. penjabaran kata "terpleset" juga bisa dikaitkan dengan kedua faktor ini. dari segi faktor human error, korban tidak memperhatikan sekitar kolam yang kemungkinan licin, atau bisa juga korban kelelahan dan mengantuk.
   Faktor kedua adalah penjabaran dari pengamanan yang belum sesuai dengan standar. K3 pada setiap perusahaan sudah pasti dilakukan dan dibuat sebaik mungkin dan wajib memenuhi standar aturan undang undang, Terlebih perusahaan sebesar ASTRA saya percaya bahwa K3 nya sudah terjamin, namun menurut saya ada sedikit kejanggalan terhadap pagar sisi kolam yang kurang tinggi sehingga manusia bisa dengan mudah melompati pagar tersebut, dan tidak dipasangkan jaring pengaman diatas kolam.
      kesimpulan dari analisa yang saya buat adalah saya meyakini penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut adalah faktor human error, karena seharusnya tempat atau bagian kerja yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja seharusnya pekerja bisa lebih mawas diri lagi dan menjadi kewajiban setiap perusahaan untuk memperhatikan lebih detail lagi faktor-faktor yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT, Aamiin.


SUMBER 

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Karyawan Perusahaan Otomotif Tewas Tenggelam di Kolam Penampungan Limbah, https://jakarta.tribunnews.com/2018/07/21/karyawan-astra-tanjung-priok-tewas-tenggelam-di-ktolam-penampungan-limbah.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino
Editor: Y Gustaman

Minggu, 28 April 2019

IDENTIFIKASI SEJARAH DAN VISI MISI PT FREEPORT INDONESIA

IDENTIFIKASI SEJARAH DAN VISI MISI 
PT FREEPORT INDONESIA





                                       Nama Anggota/NPM ⠆- Ahmad Nur Pajri         / 30416390
                                                                             - Choirul Abdurromdan / 31416588
                                                                             - Rizman Triantoro        / 36416625
                                       Kelompok                  ⠆ VI (Enam)
                                       Kelas                          ⠆3ID11
                                       Dosen                         ⠆Bpk. Adi Pramudyo  
                                       Mata Kuliah               ⠆Pengetahuan Lingkungan






1. Sejarah PT Freeport Indonesia

    PT Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.. PT Freeport Indonesia menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi TembagapuraKabupaten MimikaProvinsi, Indonesia. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia. PT Freeport Indonesia berdiri pada tanggal 7 April 1967, dimana perusahaan ini berjenis pertambangan yang memproduksi konsentrat (emas, tembaga, perak).

      Awal mula PT Freeport Indonesia berdiri, sesungguhnya terdapat kisah perjalanan yang unik untuk diketahui. Pada tahun 1904-1905 suatu lembaga swasta dari Belanda Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) yakni Lembaga Geografi Kerajaan Belanda, menyelenggarakan suatu ekspedisi ke Papua Barat Daya yang tujuan utamanya adalah mengunjungi Pegunungan Salju yang konon kabarnya ada di Tanah Papua.
Catatan pertama tentang pegunungan salju ini adalah dari Kapten Johan Carstensz yang dalam perjalanan dengan dua kapalnya Aernem dan Pera ke “selatan” pada tahun 1623 di perairan sebelah selatan Tanah Papua, tiba-tiba jauh di pedalaman melihat kilauan salju dan mencatat di dalam buku hariannya pada tanggal 16 Februari 1623 tentang suatu pegungungan yang “teramat tingginya” yang pada bagian-bagiannya tertutup oleh salju. –Catatan Carsztensz ini menjadi cemoohan kawan-kawannya yang menganggap Carstensz hanya berkhayal.
Walaupun ekspedisi pertama KNAG tersebut tidak berhasil menemukan gunung es yang disebut-sebut dalam catatan harian Kapten Carstensz, inilah cikal bakal perhatian besar Belanda terhadap daerah Papua. Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi militer ke daerah ini pada tahun 1907 hingga 1915. Ekspedisi-ekspedisi militer ini kemudian membangkitkan hasrat para ilmuwan sipil untuk mendaki dan mencapai pegunungan salju.
Beberapa ekspedisi Belanda yang terkenal dipimpin oleh Dr. H. A. Lorentz dan Kapten A. Franzen Henderschee. Semua dilakukan dengan sasaran untuk mencapai puncak Wilhelmina (Puncak Sudirman sekarang) pada ketinggian 4,750 meter. Nama Lorentz belakangan diabadikan untuk nama Taman Nasional Lorentz di wilayah suku Asmat di pantai selatan.
Pada pertengahan tahun 1930, dua pemuda Belanda Colijn dan Dozy, keduanya adalah pegawai perusahaan minyak NNGPM yang merencanakan pelaksanaan cita-cita mereka untuk mencapai puncak Cartensz. Petualangan mereka kemudian menjadi langkah pertama bagi pembukaan pertambangan di Tanah Papua empat puluh tahun kemudian.
Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau disebut gunung bijih, lalu data mengenai batuan ini dibawa ke Belanda. Setelah sekian lama bertemulah seorang Jan van Gruisen – Managing Director perusahaan Oost Maatchappij, yang mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengggara dengan kawan lamanya Forbes Wilson, seorang kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur Company yang operasi utamanya ketika itu adalah menambang belerang di bawah dasar laut. Kemudian van Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk mendanai ekspedisi ke gunung bijih serta mengambil contoh bebatuan dan menganalisisnya serta melakukan penilaian.
Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan untuk segera melakukan berbagai langkah nyata demi meningkatkan pembanguan ekonomi. Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah penggantian kekuasaan, pemerintah segera mengambil langkah strategis dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967).
Pimpinan tertinggi Freeport pada masa itu yang bernama Langbourne Williams melihat peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg. Dia bertemu Julius Tahija yang pada zaman Presiden Soekarno memimpin perusahaan Texaco dan dilanjutkan pertemuan dengan Jenderal Ibnu Sutowo, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan Indonesia. Inti dalam pertemuan tersebut adalah permohonan agar Freeport dapat meneruskan proyek Ertsberg. Akhirnya dari hasil pertemuan demi pertemuan yang panjang Freeport mendapatkan izin dari pemerintah untuk meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967. Itulah Kontrak Karya Pertama Freeport (KK-I). Kontrak karya tersebut merupakan bahan promosi yang dibawa Julius Tahija untuk memperkenalkan Indonesia ke luar negeri dan misi pertamanya adalah mempromosikan Kebijakan Penanaman Modal Asing ke Australia.
Sebelum 1967 wilayah Timika adalah hutan belantara. Pada awal Freeport mulai beroperasi, banyak penduduk yang pada awalnya berpencar-pencar mulai masuk ke wilayah sekitar tambang Freeport sehingga pertumbuhan penduduk di Timika meningkat. Tahun 1970 pemerintah dan Freeport secara bersama-sama membangun rumah-rumah penduduk yang layak di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika.
Pada tahun 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan, kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang dan juga jalan-jalan di daerah terpencil sebagai akses ke desa-desa Tahun 1972, Presiden Soeharto menamakan kota yang dibangun secara bertahap oleh Freeport tersebut dengan nama Tembagapura. Pada tahun 1973 Freeport menunjuk kepala perwakilannya untuk Indonesia sekaligus sebagai presiden direktur pertama Freeport Indonesia. Adalah Ali Budiarjo, yang mempunyai latar belakang pernah menjabat Sekretaris Pertahanan dan Direktur Pembangunan Nasional pada tahun 1950-an, suami dari Miriam Budiarjo yang juga berperan dalam beberapa perundingan kemerdekaan Indonesia, sebagai sekretaris delegasi Perundingan Linggarjati dan anggota delegasi dalam perjanjian Renville.
    
2. Identifikasi Sejarah PT Freeport Indonesia

  Sejarah PT Freeport Indonesia memiliki berbagai cerita yang sangat panjang. Sejarah ini bisa disimpulkan secara sederhana. Tahun 1936 Jaques Dozy menemukan cadangan ertsberg, kemudian pada tahun 1960 ekspedisi Forbes Wilson kembali untuk menemukan Ertsberg. Tahun 1967 menjadi kontrak pertama yaitu kontrak karya I (Freeport Indonesia Inc.) berlaku selama 30 tahun sejak mulai beroperasi tahun 1973. Tahun 1988 Freeport menemukan cadangan Grasberg. Investasi yang besar dan risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan investasi jangka panjang, lalu pada tahun 1991 terjadi Kontrak Karya II (PT Freeport Indonesia) yang berlaku 30 tahun dengan periode produksi akan berakhir pada tahun 2021, serta kemungkinan perpanjangan 2x10 tahun (sampai tahun 2041).
   PT Freeport Indonesia memiliki luas wilayah Eksplorasi KK-A = 10.000 Ha dan Eksplorasi KK-B = 202.950 Ha, sehingga total wilayahnya mencapai 212.950 Ha. Investasi perusahaan 8,6 miliar dengan perkiraan tambahan investasi sebesar USD 16-18 Miliar untuk pengembangan bawah tanah ke depan, 94% total investasi tambang tembaga di Indonesia, 30% total investasi di Papua, 5% total investasi di Indonesia.
    PT Freeport Indonesia memiliki cadangan terbukti 2,52 Miliar ton bijih, dimana cadangan ini mengandung 0,97 gram/ton tembaga, 0,83 gram/ton emas, dan 4,13 gram/ton perak. Dalam aspek penerimaan Negara, PTFI telah membayar PPh Badan lebih tinggi dari tarif UU yang kini berlaku. Pembayaran ini merupakan porsi terbesar dalam pembayaran ke penerimaan Negara. UU PPh Nasional 25% sementara PPh Badan PTFI 35%. Sejak tahun 1999, PTFI secara sukarela telah melakukan pembayaran royalti tambahan untuk tembaga, emas dan perak jika produksi melebih tingkat tertentu yang disetujui. Produksi PTFI 40% produk konsentrat dikirim ke PT Smelting Gresik PTFI membangun pabrik peleburan tembaga (smelter) pertama di Indonesia, yaitu PT Smelting tahun 1998. Kami memasarkan konsentrat dengan harga pasar berdasarkan kontrak jangka panjang dengan sejumlah smelter internasional, dan akan tetap menghormati kontrak-kontrak tersebut.
       Aspek divestasi, PTFI mendukung penuh semangat nasional yang digagas dalam UU Minerba dan telah secara konsisten menerapkannya. Saat ini 18,72% sebelum terdelusi dari 20%, saham PTFI dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dan PT Indocopper Investama masing-masing 9,36%. Berkaitan dengan IPO, PTFI menyambut baik gagasan tersebut dan sedang melakukan pengkajian. Aspek Investasi, USD 110,9 juta investasi di program pembangunan berkelanjutan di Papua selama 2012, USD 68,14 juta program pengembangan sosial melalui dana operasional, USD 39,36 juta program pengembangan masyarakat melalui dana kemitraan. Ditambah USD 600 juta investasi dalam bentuk infrastruktur sosial yang bermanfaat bagi masyarakat lokal secara langsung (sekolah, rumah sakit, asrama siswa).
        Aspek standardisasi, audit, dan sertifikasi, Perusahaan pertambangan pertama di Indonesia yang disertifikasi berdasarkan Sistem ISO 14001. Sertifikasi ISO 14001 selama 10 tahun terus menerus. Mengadopsi prinsip Kerangka Pembangunan Berkelanjutan dari International Council on Mining and Metals (ICMM). Audit eksternal independen tiga tahunan pengelolaan lingkungan PTFI yang dilakukan sejak tahun 1996. Inisiatif transparansi industry ekstraktif (EITI) Komitmen perusahaan yang menyingkap semua pendapatan dan pembayaran di Negara-negara tempat kami beroperasi. Audit Internal Lingkungan Tahunan Dilakukan oleh konsultan (Crescent Technology) dan perusahaan induk (Freeport McMoRan Copper & Gold.). Audit PROPER dan Inspeksi Lingkungan Pertambangan. Mengikuti audit dan inspeksi dari Pemerintah Indonesia. Global Reporting Initiative (GRI) dan format-format lainnya. Menjadi standar pelaporan implementasi pembangunan berkelanjutan. Audit independen dari system pengelolaan lingkungan PTFI menyimpulkan bahwa program pengelolaan batuan penutup “sangat terintegrasi” dan “konsisten dan praktik internasional”. Sertifikasi “Wildlife at work” dari Wildlife Habitat Council – USA (2011) atas berbagai program reklamasi dan keanekaragaman hayati. Sertifikasi ini menunjukkan bahwa PTFI berkontribusi terhadap pelestarian habitat satwa liar di area kerja PTFI. Ecological Risk Assesement (ERA) untuk mengkaji dampak system pengendapan pasir sisa tambang (SIRSAT) di ModADA terhadap kesehatan manusia, biota akuatik, tanaman dan kehidupan liar. Studi ERA PTFI merupakan studi terbesar yang dilakukan oleh perusahaan swasta, dan hasilnya telah dipresentasikan kepada para pemangku kepentingan pada tahun 2002. Kualitas pada titik penaatan pasir sisa tambang (SIRSAT) dan 3 titik penaatan di laut telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 431/2008 mengenai pengelolaan tailing di ModADA. Laboratorium Lingkungan TImika (TEL) diregistrasi Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2010 sebagai Laboratorium Lingkungan Hidup Rujukan di mana pengambilan contoh (sampling) termasuk dalam lingkup yang diakreditasi.

3. Visi, Misi, dan Struktur Organisasi PT Freeport Indonesia
    PT Freeport Indonesia memiliki visi dan misi yang sangat menjunjung tinggi pengolahan sumber daya alam yang melimpah menjadi sumber kehidupan untuk masyarakat sekitar serta bangsa Indonesia. Visi dari perusahaan tersebut ialah, 
"Menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang menciptakan nilai-nilai unggul dan menjadi kebanggaan bagi seluruh pemangku kepentingan termasuk karyawan, masyarakat dan bangsa". 

Kemudian misi dari perusahaan ialah,
 "Berkomitmen untuk secara kreatif mentransformasikan sumber daya alam menjadi kesejahteraan dan pembangunan yang berkelanjutan melalui praktek-praktek pertambangan terbaik dengan memprioritaskan kesejahteraan dan ketentraman karyawan dan masyarakat, pengembangan SDM, tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup, serta keselamatan dan kesehatan kerja".

Struktur Organisasi PT Freeport Indonesia


Sumber ⠆

Rabu, 27 Maret 2019

EKOLOGI, ILMU LINGKUNGAN DAN ASAS-ASAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN

EKOLOGI, ILMU LINGKUNGAN, DAN AZAS-AZAS
PENGETAHUAN LINGKUNGAN





                                                     Nama            ⠆Rizman Triantoro
                                                     Kelas            ⠆3ID11
                                                     Dosen           ⠆Bpk. Adi Pramudyo  
                                                     Mata Kuliah ⠆ Pengetahuan Lingkungan  





1.   Ekologi
     Kata ekologi berawal dari usulan yang dikemukakan oleh biologiwan asal Jerman, yaitu Ernest Hackel pada tahun 1869. Perkembangan ekologi meningkat sekitar tahun 1900 hingga saat ini saat dunia memiliki banyak masalah lingkungan. Ekologi adalah cabang ilmu yang didasari atau dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Prinsip ekologi harus memberikan pemahaman untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Ernest Hackel mengemukakan istilah ekologi mempelajari rumah tangga makhluk hidup atau oikos sejak tahun 1869. Ekologi dibagi menjadi dua macam yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi adalah ekologi yang ditujukan pada lebih dari satu jenis organisme hidup, contohnya ekologi hutan. Autekologi adalah ekologi tentang satu jenis makhluk hidup, contohnya ekologi manusa dan ekologi hewan-hewan.
      Ekologi lebih jelasnya merupakan studi keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik maupun abiotik. Lingkungan abiotik terdiri dari atmosfer, cahaya, air, tanah, dan unsur mineral, serta lingkungan biotik terdiri dari makhluk hidup dan sejenisnya. Spesialis cabang-cabang ilmu yang menyangkut tentang kajian interaksi bermacam-macam, yaitu interaksi organel-organel sel, biologi sel, interaksi jaringan-jaringan dalam histologi, interaksi organ-organ, sistem organ, organisme dalam anatomi dan fisiologi, interaksi populasi-populasi, komunitas dan ekosistem dalam ekologi. Kajian ekologi selalu berkaitan tentang energi dalam ekosistem.
       Hubungan ekologi dengan ilmu lain memiliki keterkaitan dengan penyebaran, adaptasi, dan aspek-aspek fungsi organisme dimana hubungan ini erat dengan ilmu-ilmu biologi seperti taksonomi, morfologi, fisiologi, dan genetika. Sedangkan klimatologi, ilmu tanah, geologi, dan fisika memberikan informasi mengenai keadaan lingkungan. Pengetahuan fisika dan biologi sangat diperlukan bagi seorang ahli ekologi untuk dapat mengungkapkan hubungan antara lingkungan dan dunia kehidupan.

2.  Ilmu Lingkungan
     Paradigma ilmu lingkungan merupakan metode ilmiah guna menghadapi kehidupan manusia yang kompleks dibawah tatanan alam semesta, sehingga menjadi kombinasi hukum manusia dan hukum alam berdasarkan teori, perangkat, dan aplikasinya mengacu pada komponen nilai kemanusiaan melalui keterampilan profesional dan sistematika ilmiah. Dasar dari definisi ini, ilmu lingkungan merupakan ilmu pengetahuan murni yang monolitik. Penerapan dalam ilmu lingkungan mengatur sikap atau perilaku manusia yang bersifat lintas disiplin sesuai persoalan lingkungan yang dihadapi. Ilmu lingkungan berorientasi lintas disiplin dengan ekonomi, sosiologi, kesehatan, psikologi, geografi, geologi, dan sebagainya. 
     Ilmu lingkungan berkaitan erat dengan pengelolaan sumber daya termasuk materi, manusia, dan kompetensi nya akan teknologi, seni, dan budaya. Penelitian ilmu lingkungan mencakup metodologi kuantitatif dan kualitatif. Metodologi kuantitatif berlandaskan pemikiran positivisme, terhadap fakta kehidupan dengan realitas objektif, disamping asumsi teoritik lainnya. Metodologi kualitatif berdasarkan pada paradigma fenomologi dengan objektivitas situasi atau keadaan tertentu yang dialami oleh sebuah kehidupan. Kesimpulan penelitian lebih diarahkan pada perumusan kualitatif yang operasional atas dasar perumusan kuantitatif.

3.   Azas-azas Pengetahuan Lingkungan
     Terdiri dari 14 Asas. Berikut adalah asas-asas pengetahuan lingkungan ⠆
1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup populasi, atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau yang terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi tidak mungkin hilang, dihancurkan, atau diciptakan
2. Tidak ada sistem konversi energi yang sepenuhnya efisien
3. Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman adalah kategori-kategori sumber alam
4. Untuk semua kategori sumber alam, apabila ketersediaannya mencapai optimum, maka pengaruh penambahan satu unit akan menurun sejalan dengan peningkatan sumber alam tersebut sampai suatu batas maksimum. Melampaui batas maksimum ini, tidak akan ada pengaruh yang menguntungkan
5. Ada dua tipe sumber daya yang berbeda secara mendasar yaitu sumber daya yang tidak mempunyai daya pemacu
6. Individu-individu atau spesies-spesies yang memiliki jumlah keturunan yang lebih besar dibanding dengan saingannya, cenderung akan menggantikan saingannya
7. Keanekaragaman yang bagus dari komunitas-komunitas akan lebih tinggi pada lingkungan yang dapat diramalkan
8. Apakah suatu habitat menjadi jenuh oleh keanekaragaman spesies dalam takson tertentu, bergantung kepada bagaimana nisia dipisahkan dalam takson tersebut
9. Keanekaragaman komunitas apapun sebanding dengan biomassa dibagi dengan produktivitasnya
10. Perbandingan biomassa terhadap produktivitas akan menaik sepanjang waktu dalam lingkungan fisik yang stabil, sampai tercapai suatu bentuk asimtot
11. Sistem yang sudah dewasa akan mengeksploitasi sistem yang belum dewasa
12. Kesempurnaan daya adaptasi tiap sifat atau atribut bergantung kepada nilai penting relatif dari suatu lingkungan tertentu
13. Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologik didalam ekosistem yang baik, yang menggalakan kestabilan popilasi
14. Derajat pola keteraturan fluktuasi populasi bergantung kepada jumlah keturunan dari populasi sebelumnya yang berpengaruh pada populasi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

1. Utina, Ramli dan Dewi Wahyuni. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo ⠆Universitas Negeri Gorontalo
http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/321/EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN-HIDUP.pdf

2. Handayani, Refi Putri. 2017. Asas-asas Pengetahuan Lingkungan hidup. Jakarta ⠆Universitas Gunadarma


PEMBIAYAAN USAHA BARU

Untuk melakukan usaha dalam pengembangannyan tentu kita memerlukan suatu pembiayaan yang begitu banyak sehingga harus melakukan suatu usaha...